Login / Register    » RSS GEMA Feed

Sejarah Lagu "Kudengar Suara Almasih"

admin's picture

Syair : I Heard the Voice of Jesus Say, Horatius Bonal, 1846
Lagu : DRINK TO ME ONLY, Lagu Inggris lama. Matius 11: 28; Yohanes 4:10; 8:12.

Bayangkanlah seorang pengarang nyanyian pujian yang terkenal,...yang tidak boleh memanfaatkan lagu karangannya di gerejanya sendiri.

Bayangkanlah seorang yang menghasilkan 600 lagu rohani,....yang sebagian besar dicatat sepintas lalu sambil naik kereta api.

Bayangkanlah seorang pendeta yang nenek moyangnya sudah satu setengah abad menjadi para pemimpin suatu aliran gereja,...Yang berani keluar dari gereja itu dan turut memulai suatu aliran baru.

Jika Saudara dapat membayangkan hal-hal di atas itu, maka kebesaran dan keistimewaan riwayat hidup Horatius Bonar sudah mulai kentara.

Dibesarkan di Gereja

Ketika Horatius Bonar lahir di Edinburgh, ibu kota Skotlandia, pada tahun 1808, nenek moyangnya sudah sejak abad ke-17 menjadi pemimpin gereja negara di sana. Tidak mengherankan kalau anak itu pun merasa terpanggil menjadi pendeta. Setelah pendidikan theologianya selesai, mulailah dia melayani di daerah pelabuhan kota itu, yang merupakan suatu pusat kemiskinan dan kejahatan.

Satu persoalan yang dihadapi oleh pemuda yang saleh itu dalam usaha Sekolah Minggu, yakni: Menurut peraturan, yang boleh dinyanyikan dalam Gereja Skotlandia hanyalah Mazmur saja. Dan anak-anak miskin yang nakal itu kurang pandai dan kurang suka menyanyikan Mazmur.

Maka Horatius Bonar mulai mengarang nyanyian-nyanyian pujian yang sederhana sekali, lalu menerapkannya pada melodi-melodi populer. Ia pun mencetak lagu-lagu itu, sehingga satu lembaran dapat dibagikan kepada tiap murid yang rajin hadir di Sekolah Minggu. Tetapi lagu-lagu itu hanya boleh dinyanyikan di luar kebaktian.

Pendeta dan Pengarang

Kemudian Pendeta Bonar dipindahkan ke sebuah sidang jemaat di kota lain. Di situ ia turut dengan suatu gerakan yang memberontak terhadap peraturan-peraturan kaku yang sudah lama mengekang Gereja Skotlandia. Dengan meninggalkan gedung gereja, perumahan pendeta, jaminan honorarium, dan segala-galanya yang tadinya diurus oleh pemerintah, Horatius Bonar berani bersandar kepada Tuhan saja. Dan ternyata bahwa umat Tuhan di negeri Skotlandia masih terus menyokong dan menghargai pelayanannya.

Selama seperempat abad, Pendeta Bonar merangkap menjadi redaktur sebuah majalah tentang kedatangan Yesus kedua kalinya. Untuk tiap edisi terbitan tersebut, ia pun mengarang sebuah nyanyian pujian yang baru.

Karena kesibukannya, ia sering mengarang sambil bepergian. Syair-syairnya dicoret dengan banyak singkatan, pada kertas buram yang dihiasi gambar yang aneh-aneh. Jarang ia memperbaiki atau menyempurnakan catatannya itu. Heran, dengan cara demikian ia sanggup menghasilkan 600 nyanyian rohani. Lebih heran lagi, cukup banyak di antaranya merupakan lagu pilihan yang bermutu tinggi.

Pada setengah umur Horatius Bonar dipanggil kembali ke ibu kota Edinburgh, untuk menggembalakan sebuah gereja besar. Kerajinannya sebagai pendeta cukup digambarkan dalam suatu percakapan lucu antara beberapa anggota jemaat itu:

Yang seorang berkata, "Dr. Bonar selalu sibuk berkunjung."

"Bukan!" sahut yang kedua. "Ia selalu sibuk berkhotbah."

"Masih salah," kata orang ketiga."Ia selalu sibuk mengarang."

"Hemat saya," anggota keempat menambahkan,"ia selalu sibuk berdoa."

Sampai akhir hayatnya pada tahun 1889, Horatius Bonar terus sibuk melayani Tuhan dan sesama manusia.

Masih Terikat oleh Peraturan

Walau Horatius Bonar turut memimpin suatu gerakan pembebasan dan pembaruan dalam Gereja Skotlandia, namun ia dan saudara-saudara seimannya itu masih merasa terikat oleh banyak peraturan lama. Misalnya, mereka masih tetap berpendirian bahwa yang layak dikidungkan dalam kebaktian hanyalah Kitab Mazmur saja.

Bertahun-tahun lamanya hasil karya Dr. Bonar tak pernah terdengar di gereja sendiri. Akhirnya pendapat kuno itu mulai berubah sedikit, sehingga ia berani memperkenalkan karangannya (yang sesungguhnya sudah terkenal sekali di dunia luar). Pada saat itu dua pemimpin gereja menjadi sedemikian marah dan tersinggung, sehingga mereka langsung berdiri dan berjalan keluar dari ruang kebaktian!

Mungkin "Lagu Berdasarkan Panggilan Yesus" merupakan karangan Horatius Bonar yang terbesar. Sudah lama nyanyian itu menjadi lagu pilihan, di Indonesia dan di mana-mana. Kata-katanya menggambarkan panggilan Tuhan Yesus kepada umat manusia yang letih lesu, haus secara rohani, dan diliputi kegelapan. Lalu digambarkan juga sambutan manusia terhadap panggilan itu.

Bermacam-macam Musik

Anehnya, melodi yang paling jelas mengumandangkan panggilan dan sambutan yang terlukis dalam tiap bait karangan Horatius Bonar itu, hanya terdapat dalam satu saja di antara buku-buku yang didaftarkan di halaman 67. Melodi yang indah itu diciptakan oleh John B. Dykes (1823-1876), seorang komponis gerejani terkenal dari Inggris, yang disebut-sebut beberapa kali dalam seri buku ini. (Lihatlah JILID 2, pasal 1; JILID 3, pasal 1; dan JILID 4, pasal 5.)

"Lagu Berdasarkan Panggilan Yesus" itu juga dinyanyikan dengan bermacam-macam musik lainnya. Ada yang berasal dari Jerman; ada yang berasal dari Amerika. Tetapi lagu yang rupa-rupanya paling disukai, di samping karangan John B. Dykes tadi, adalah sebuah lagu rakyat Inggris kuno, yang juga sering dipakai dengan kata-kata duniawi.

Seandainya Horatius Bonar masih hidup, mungkin ia takkan berkeberatan atas hal itu. Bukankah ia justru mulai menciptakan nyanyian-nyanyian pujian untuk orang sederhana, untuk anak-anak miskin? Bukankah ia menerapkan syair-syairnya itu pada melodi-melodi populer?

Syair Horatius Bonar yang disoroti dalam pasal ini, oleh pengarangnya sendiri diberi judul: "Suara dari Galilea." Pendeta Bonar tahu betul bahwa suara panggilan Tuhan Yesus itu masih berkumandang masa kini, bahkan dari Galilea sampai ke ujung bumi.

Author
: H.L. Cermat
Sumber
: Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, Jilid 1
® Lembaga Literatur Baptis
Submitted by admin on 27 June, 2006 - 11:18

Komentar